Orang bekerja itu pada dasarnya jual dirinya, jual waktunya, jual keterampilannya, jual waktunya, jual pengetahuannya, jual penampilannya, jual perilakunya.
Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya mengeluh kepada saya. "Sudah melamar kerja kemana-mana kok belum ada satupun perusahaan yang memanggil saya. Sampai saya capek kirim Curriculum Vitae, sampai saya lupa nama perusahaan yang dilamar, dan jabatan apa saja yang saya lamar.
Dilain pihak dengar curahan hati dari seorang teman, "Saya sudah menganggur berbulan-bulan, kehilangan pekerjaan karena pandemik, perusahaan bangkrut dan punya masalah dalam pembayaran gaji karyawan".
Buat kamu yang punya masalah yang sama dengan yang dihadapi oleh teman saya, jangan putus asa. Artikel ini membahas bagaimana menjual diri kamu agar diperhatikan, dilirik dan diterima oleh HRD. Apalagi di masa sekarang ini, kompetisi diantara sesama pencari kerja sangat ketat, karena pandemik banyak perusahaan yang bangkrut, upah dikurangi, tentu saja lowongan kerja berkurang.
Mengacu kepada jual diri, maka berlaku apa yang dinamakan Nilai Tambah dan Nilai Pembeda, kemudian Segmen yang harus kamu perhatikan saat kamu menjual diri kamu.
1. Nilai Tambah
Langkah yang pertama sekali perlu kamu lakukan adalah melihat kedalam diri sendiri. Apa nilai tambah kamu? Apa keterampilan yang kamu kuasai? Apa pengalaman kerja kamu yang bermanfaat buat perusahaan? Apa prestasi kamu? Mulailah untuk mendaftar semua dalam satu atau dua lembar, silahkan kamu mulai menuliskan semuanya. Setelah selesai menulis daftar tersebut, lengkapi dengan buktinya. Inilah yang dinamakan portofolio.
Kumpulkan semua sertifikat, dokumen proyek yang pernah kamu kerjakan, bukti prestasi yang pernah kamu raih, bukti bahwa kamu pernah terlibat dalam organisasi, kegiatan, dan lain-lain. Intinya semua nilai tambah tersebut kamu buktikan bahwa kamu benar memiliki nilai tambah tersebut, jangan sampai nanti kamu dikatakan over promise, atau pencitraan.
Dari nilai tambah yang kamu susun berupa portofolio tersebut, kamu sudah memiliki nilai jual. Tinggal kemudian tentukan segmen kamu. Tentukan ke perusahaan mana yang akan kamu lamar. Perusahaan membutuhkan staf yang jago Excel, tapi nilai tambah kamu tidak ada yang terkait Excel. Atau ketika perusahaan membutuhkan staf dibidang web developer, tapi nilai tambah kamu ada di bidang content creator. Tidak nyambung.
Disini kamu butuh jeli, untuk menentukan profil segmen perusahaan mana yang akan kamu lamar. Biasanya profil segmen dimulai dari gender, usia, hobi, kepribadian, dan lain-lain. Contohnya, iklan produk kecantikan untuk remaja cewek dengan ibu rumah tangga tentunya menggunakan pendekatan yang berbeda. Biasanya iklan produk kecantikan untuk remaja cewek menggunakan kemasan girly, warnanya pink, menggunakan artis idola yang sedang digemari. Sedangkan iklan untuk ibu rumah tangga pendekatannya berbeda, kemasan berbeda, berbeda pula bentuk iklannya.
Ketika kamu melamar ke perusahaan tambang, atau ke perusahaan retail, tentunya akan berbeda dengan melamar ke perusahaan start up atau perusahaan digital. Nilai tambah kamu, kemasan kamu, pendekatan kamu harus dibedakan. Apakah boleh kalau disamakan saja semuanya? Boleh saja disamakan, tetapi akan berbeda hasilnya bila kamu mampu membedakan untuk tiap jenis perusahaan.
Kelihatannya rumit dan sulit ya? Enggak, selama kamu yakin kalau kamu punya poin-poin yang disebutkan dalam nilai tambah tersebut.
2. Nilai Pembeda
Selanjutnya yang perlu kamu perhatikan adalah nilai pembeda kamu. Nilai yang membedakan kamu dengan pelamar lainnya. Ketika kamu melamar ke perusahaan start up, pasti saingan banyak. Melamar ke perusahaan minyak dan gas juga pasti saingan banyak. Disini kamu penting untuk mengeksplorasi nilai pembeda kamu. Bisa saja nilai pembeda kamu itu tercantum dalam nilai tambah, sehingga kamu hanya perlu mengeksplorasi lebih dalam lagi, sehingga saingan kamu menjadi tidak relevan lagi.
Contohnya kamu pernah memecat karyawan sebanyak 1000 orang, pernah menghadapi demo, pernah disandera sewaktu menghadapi demonstrasi karyawan, dan lain sebagainya. Ini menjadi nilai pembeda dimana saingan kamu belum tentu pernah mengalaminya ketika perusahaan memerlukan orang yang jago bagian hubungan industrial. Atau kamu pernah membuat proyek senilai 200 miliar, mengurusi talent management, kompetensi, dan penggajian untuk group perusahaan yang memiliki bisnis sangat besar, bisnis tambang sampai retail dan garment, dimana perusahaan tersebut sedang fokus mencari orang yang menguasai people development. Ini menjadi nilai pembeda dibandingkan pesaing kamu.
Dengan nilai tambah dan nilai pembeda ini tentunya peluang kamu diterima akan sangat besar sekali. Dan ketika negosiasi kompensasi tentunya kamu memiliki posisi tawar yang tinggi, karena kamu akan menjadi barang langka yang direbutkan, eksklusif.
Jadi, mulai sekarang pikirkan dan tuliskan nilai tambah, nilai pembeda kamu, kemudian sesuaikan dengan segmen perusahaan yang akan kamu lamar. Bila kamu merasa nilai tambah dan pembeda kamu sedikit, mulailah belajar sesuatu yang baru agar menjadi nilai tambah dan pembeda. Kamu bisa membaca buku yang berkaitan dengan nilai tambah dan nilai pembeda yang akan kamu kembangkan. Ada banyak kursus-kursus gratis maupun berbayar untuk menambah pengetahuan kamu. Ikutilah pelatihan minimal 2 kali dalam setahun, kemudian aktif berkomentar di grup Whatsapp maupun Telegram untuk mengasah pemahaman yang telah kamu baca, yang telah kamu latih, yang telah kamu pelajari.
Jangan lupa untuk bergabung di forum-forum diskusi agar kompetensi kamu tetap terasah, karena bila membaca tanpa melatih apa yang telah dibaca, dalam 3 bulan saja kamu bisa lupa. Lakukan kegiatan tersebut selama setahun secara rutin dan lihat hasilnya setelah setahun.
Usaha pasti tidak akan mengkhianati hasil.
Salam sukses.
0 komentar:
Posting Komentar